Muslim Television
Ahmadiyya
MTA
merupakan Televisi Muslim Pertama di dunia yang memancarkan program siaran
menjangkau ke lima benua.
Ketika
mulai siaranya diakhir tahun 1992 , saat itu baru mengudara seminggu sekali dan
hanya tiap hari jumat, dengan acara siaran langsung khutbah Jumat Imam Jemaat
Ahmadiyah International- Hazrat Mirza Taher Ahmad atba.
Siaran
Khutbah yang hanya satu jam ini dipancarkan langsung dari Masjid Fadhal London
– di 16 Gressen Hall Road SW 18 5 QL. London UK. Ketika itu logo nama masih
memakai AMP- atau Ahmadiyyah Muslim Presentation. Untuk bisa menyiarkan khutbah yang hanya satu
jam tiap Jumat inipun- waktu itu masih numpang siaran dari ATN- Asia Television
Network, sebuah stasiun Televisi Milik India.
Satelite STATIONAR
Perkembangan pesat terjadi sejak tahun 1993,ketika itu
sebuah team Jemaat dibawah koordinasi Jaswal Brothers mampu membuat loncatan
dengan menyewa satelite buatan Rusia yang namanya STATSIONAR, pada saat Uni
Soviet masih bersatu, Satelite ini namanya Ghorizon, sehingga untuk siaran
selanjutnya tidak harus menumpang lagi
pada ATN.
Bahkan ditahun itu pula untuk menyiarkan pembukaan Masjid
Ahmadiyah di Toronto-Canada dan Baiat International 1993 dari Islamabad-Tilford
Inggris, disewa empat Satelite sekaligus. Hal ini dimaksutkan agar semua
program siaran bisa ditangkap diseluruh dunia. Keempat Satelite tersebut
masing-masing dua STATSIONAR buatan
Rusia, untuk menjangkau kawasan Asia Pasific , Australia , Africa serta Timur
Tengah. Satu Satelite EUTELSAT buatan
Eropa untuk memancarkan ke Eropa dan sekitarnya , dan Satelite GALAXY –untuk merilai
ke Amerika, Canada dan Negara-negara sekelilingnya.
Ditahun yang penuh berkat itu- AMP berubah nama menjadi MTA-
Muslim Television Ahmadiyya , yang secara kebetulan sama pula dengan singkatan
nama Hazrat Khalifatul Masih IV atba- Mirza Taher Ahmad.
MTA di Indonesia
Untuk melayani pemirsa di Indonesia, Australia dan Asia
Pasific, team MTA Pusat berkali-kali mengirim faxsimili ke Indonesia, untuk
memastikan apakah penerimaan gambar MTA di kawasan ini cukup baik. Bila masih
ada keluhan kurang baiknya penerimaan
gambar dan suara dari antara negara yang ada di kawasan ini, maka team MTA
segera mengganti Satelite baru yang daya pancar dan posisinya mampu menjangkau kawasan tersebut.
Sudah belasan
satelite dicoba untuk memperoleh daya pancar terbaik. Setiap pergantian
satelite dinformasikan ke berbagai negara dengan fax, agar secepatnya setiap negara segera bisa mennyesuaikan posisi antena parabolanya
ke posisi baru.
Meski sudah banyak satelite dicoba , dalam upaya memperoleh daya
pancar gambar dan suara terbaik , namun demikian sampai awal tahun 1994
penerimaan dikawasan Asia Pasific, khususnya dibeberapa daerah Indonesia masih
belum sempurna. Hingga akhirnya Hazrat
Khalifatul Masih IV atba. memberikan hadiah khusus bagi Indonesia dengan
memakai satelite STATSIONAR 7 – yang mengorbit diatas Irian pada posisis 140”
East, atau diatas perbatasan Irian Barat dan PNG. Ini terjadi sebulan menjelang
baiat International bulan Juli- Agustus
1994.
Dengan hadiah ini- sehingga ketika Amir Jemaat Ahmadiyah Indonesia- Haji Ir.Syarief Ahmad Lubis Msc. memimpin delegasi
Indonesia mengikuti baiat International
di Islamabad- Tilford-Inggeris, gambar beliau sudah bisa disaksikan
langsung oleh Jemaat di Indonesia. Bersamaan dengan itu, waktu siaran MTA pun
terus meningkat. Awalnya 3 jam per hari, kemudian enam jam per hari ,
selanjutnya menjadi dua belas jam per hari- dan kini telah mencapai 24 jam tiap
hari! (nks.11jan96/17:05)
Demam MTA di Indonesia